FREE BACKLINK - BACKLINK DIRECTORY

Sabtu, 17 November 2012

Timnas Indonesia Manajemen Timnas PSSI Djohar Bobrok



MINTA sumbangan kanan-kiri buat ke Piala AFF 2012. Itu bukti manajemen timnas PSSI Djohar Arifin Husin bobrok. 

Ada yang tidak beres terkait kinerja manajemen timnas bentukan PSSI Djohar yang tengah bersiap hadapi Piala AFF 2012 Malaysia dan Thailand. Itulah inti penilaian Benny 'Bendol' Dollo, arsitek timnas di era 2001.

Bendol yang berkecimpung di tubuh ofisial timnas sejak 1987 mengaku ikut malu dengan aksi minta sumbangan kanan-kiri mengatasnamakan timnas. Menurut Bendol, baru kali ini ia lihat timnas sampai harus minta-minta sumbangan dari berbagai kalangan buat mendukung perjuangannya di Piala AFF 2012.

"Adalah tugas manajemen mencari uang. Piala AFF bukanlah event dadakan. Itu sudah terjadwal dan pasti. Manajemen yang baik, tentu, sudah mempersiapkan segalanya dengan matang. Jika tidak, berarti bobrok kinerja manajemennya," tegas Bendol.

Bendol menilai kondisi itu akan berdampak pada penampilan para pemain di lapangan. Sebab, menurut Bendol, sebagian besar pesepakbola Indonesia menggantungkan hidupnya dari mengolah si kuli bundar.

"Berjuang demi negara dan bangsa adalah nomor 1. Tidak bisa ditawar-tawar lagi. Tapi, saya coba bicara realita. Sebagian besar pesepakbola Indonesia masih menggantungkan hidupnya hanya dari sepakbola. Bagaimana mereka bisa main tenang jika tahu kondisi keuangan manajemen timnas yang mereka bela tidak punya uang? Minta sumbangan itu kan jelas mencerminkan manajemen timnas tidak punya uang," tandas Bendol.

Timnas PSSI Djohar memang bikin heboh dengan aksi minta sumbangan kanan-kiri dengan dalih demi mendukung perjuangan timnas di Piala AFF 2012. Tak hanya melalui pesan singkat ataupun jejaring sosial, aksi itu menjalar hingga ke jalan, bahkan ke pinggir lapangan saat timnas berlatih dan Gedung DPR RI.
Alih-alih menggali simpati, yang timbul malah beribu tanda tanya, bahkan juga celaan. Selain menunjukkan cara kerja yang tidak matang, aksi minta sumbangan itu juga bertentangan dengan kondisi timnas bentukan PSSI Djohar itu sendiri.
Pertama, PSSI Djohar membentuk dan mengelola timnas dengan mengabaikan nota kesepahaman (MoU) lewat keberadaan Jopint Committee (JC) PSSI yang dibentuk bersama PSSI La Nyalla Mattalitti. Ke-2, materi skuad timnas bukanlah pilihan terbaik akibat benturan dualisme organisasi dan kompetisi. Boleh jadi ini kejadian pertama di belantara sepakbola dunia.
Ke-3, fasilitas yang diberikan ke semua elemen timnas terbilang cukup memadai di mana uang saku setiap pemain senilai Rp 500.000 per hati. Meski bukan jumlah yang wah buat ukuran timnas, itu tetap saja bukan angka di bawah standar dan jika ditotal tentu nilainya besar juga. Jangan-jangan penghasilan pihak yang dimintai sumbangan malah jauh lebih rendah dari setiap personel timnas.
Ke-4, ada pemain timnas yang terlibat kasus pidana dan memalukan. Pemain itu punya dana lebih dari cukup buat dihamburkan di sebuah klub malam di kawasan alite di Jakarta Selatan. Selain perilaku buruknya menimbulkan korban, keluyuran sampai dinihari juga sangat tak mencerminkan disiplin sebagai atlet nasional yang bakal mengusung kehormatan bangsa di event internasional.
Lantas, dengan aksi minta-minta sumbangan kanan-kiri yang jelas aneh dan memalukan, buat apa dan atas nama kepentingan siapa sesungguhnya timnas dibentuk dan dikelola? Pertanggungjawaban moril seperti apa yang bakal dikedepankan dengan meminta empati publik, padahal kondisi PSSI dan timnasnya saja amburadul?   

1 komentar: