FREE BACKLINK - BACKLINK DIRECTORY

Rabu, 09 Januari 2013

Beresi Kisruh PSSI Harus Utuh


KISRUH sepakbola Indonesia berlarut. Malah mengular. Penyelesaiannya tak bisa sepenggal-penggal. Harus utuh.

Problem sepakbola Indonesia tak sekadar dualisme kompetisi yang melibatkan Indonesia Super League (ISL) dengan pengelola PT Liga Indonesia (LI) dan Indonesia Premier League (IPL) dengan pengelola PT Liga Prima Indonesia Sportindo (LPIS). Problem itu bahkan sudah melebar sampai tingkat federasi.

Kondisi itu tertuang dalam nota kesepahaman (MoU) PSSI. Meski disebut Komite Penyelamat Sepakbola Indonesia (KPSI), pengakuan AFC dan FIFA terhadap keberadaan kepengurusan PSSI hasil Kongres Luar Biasa (KLB) 18 Maret 2012 di Ancol, Jakarta, dibuktikan dengan dilibatkannya perwakilan PSSI pimpinan La Nyalla Mattalitti dalam Joint Committee (JC) PSSI.

JC PSSI adalah salah 1 produk dari MoU PSSI yang disusun buat mencari solusi atas kisruh yang membelenggu sepakbola Indonesia.

Sayangnya, MoU dan JC PSSI gagal menjalankan fungsinya dengan baik. Problem sepakbola Indonesia pun berlarut, bahkan mengular dan meluas. Timnas pun jadi korban. Ada 2 timnas yang siap mewakili Indonesia di berbagai event internasional, baik single event seperti Piala AFF dan Piala Asia, maupun multievent seperti SEA Games.

Beruntung FIFA masih terus memberi waktu tambahan buat sepakbola Indonesia selesaikan masalahnya. Sesuai hasil rapat Komite Eksekutif (Exco) FIFA di Tokyo, Jepang, 14 Desember 2012, sepakbola Indonesia diberi waktu hingga Maret 2013 buat selesaikan masalahnya. AFC pun ditunjuk buat turun langsung membantu penyelesaian problem sepakbola Indonesia.

Di tengah kondisi itu, pemerintah yang sebelumnya membentuk tim Task Force (TF) PSSI buat membantu komunikasi dengan AFC dan FIFA, menyusun tim baru yang diketuai Haryo Yuniarto, Ketua Harian Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI). Anggota tim terdiri atas perwakilan dari 2 kepengurusan PSSI. Tim bertugas mencari solusi atas dualisme timnas dan kompetisi.

Rabu (9/1), tim itu gelar rapat perdana. Dualisme timnas yang tak lama lagi hadapi Pra-Piala Asia 2015 dan dualisme kompetisi jadi bahasan utama.

Buat urusan timnas, PSSI La Nyalla minta pembentukan dan pengelolaannnya ditangani pihak netral. PSSI Djohar sebagai pihak yang diakui AFC dan FIFA hanya mengurus persoalan administrasi. Tapi, PSSI Djohar bersikeras pembentukan dan pengelolaan timnas adalah hak mutlak mereka.

Soal kompetisi, semua pihak bersepakat musim 2012/2013 ISL dan IPL sama-sama jalan. Baru pada musim berikutnya bersatu dalam wadah liga baru.

Meski begitu, masih ada masalah soal yurisdiksi kompetisi itu. ISL berpendapat saat ini mereka sudah berada di bawah yurisdiksi PSSI, yakni PSSI pimpinan La Nyalla. Begitu juga IPL. Mereka berpendapat berada di bawah yurisdiksi PSSI, yaitu PSSI pimpinan Djohar.

"Itu sebabnya, tak bisa lagi melihat penyelesaian problem sepakbola Indonesia sepenggal-penggal. Faktanya, hingga kini PSSI sebagai federasi dilanda dualisme. Tidak bisa dilihat hanya dualisme kompetisinya," terang Joko 'Jodri' Driyono, CEO PT LI yang jadi perwakilan PSSI La Nyalla dalam tim yang dipimpin Haryo, Rabu (9/1).

"Mengapa sempat tercetuskan bakal lahir liga baru pada 2014? Karena awalnya direncanakan semua masalah sepakbola Indonesia bakal tuntas lewat Kongres PSSI pada Desember 2012. Tapi, itu tidak terjadi," lanjut Jodri.

PSSI La Nyalla maupun PSSI Djohar pun diminta membuat proposal berisi opsi penyelesaian dualisme timnas dan kompetisi. Proposal itu akan dibahas dalam tim yang dipimpin Haryo dan direncanakan kembali berkumpul pada 16 Januari 2013.
ksb/01

Tidak ada komentar:

Posting Komentar